Page 10 - Ainun dan Manusia Daun
P. 10

“Memang  tidak  ada  salahnya,  Bu  Runtiya,  tetapi  kita  ini
            perempuan. Masa perempuan yang harus tergila-gila kepada laki-

            laki. Kita ini orang timur, Bu,” Mak Singkay menjawab penuh hati-
            hati.


                    Suatu kali, pada hari Minggu, Ainun bertandang ke rumah
            Aida. Selesai makan bersama, Mak  Singkay mengajak  kedua

            gadis itu duduk di balai-balai yang terletak di sudut pekarangan

            depan rumahnya dengan alasan  ingin menikmati  angin petang.
            Bu Singkay menanyakan kepada Ainun dan Aida tentang teman-
            teman dan guru-guru yang mengajar di sekolah. Namun di akhir

            pertemuan,  Ainun  menceritakan  keadaan  ayahnya. Ia  sedih

            melihat kesendirian ayahnya.


                    “Saya  sedih  melihat  ayah  sendiri,  Mak.  Kadang-kadang
            ayah suka termenung,  entah apa  yang  beliau  pikirkan,”  Ainun
            menjelaskan dengan nada sedih.


                    “Memangnya ayahmu memikirkan apa, Ainun?” tanya Mak

            Singkay.


                    “Ya, itulah, Mak. Saya takut untuk bertanya kepada ayah.
            Nanti ayah tersinggung. Apakah beliau ingat almarhum ibu atau

            ...,” Ainun memutuskan kalimatnya sambil melirik kepada Aida.


                    “Atau  bagaimana,  maksudmu Ainun,”  Mak  Singkay
            mendesak.


                                          5
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15