Page 16 - Ainun dan Manusia Daun
P. 16

sebenarnya sudah lama tahu perubahan sikap istrinya. Namun, ia

            tidak mau menyampaikan kepada anaknya, Ainun.  Dua minggu
            pernikahannya dengan Mak Singkay, Pak Liwai melihat kejelekan

            sikap istrinya itu. Setiap pagi ia melihat almari seperti ada yang
            mengutak-atik  isinya.  Sering kali  saat  ia  terbangun  malam  Mak

            Singkay tidak  ada  di sampingnya.  Tak  jarang  pula  Pak  Liwai
            melihat istrinya itu membongkar-bongkar piring dan mangkok-

            mangkok kaca yang ada di almari depan di saat seisi rumah sudah
            tidur. Piring-piring dan mangkok-mangkok itu adalah peninggalan

            almarhum ibu Ainun. Namun, Pak Liwai tak  pernah menegur.
            Jangan-jangan  istrinya  itu  hanya  sekadar merapikan  saja.  Pak

            Liwai hanya bisa berdoa, semoga Ainun sabar dan tabah,  dan
            berharap agar anaknya itu cepat dipinang orang. Sudah lama ia

            mendambakan cucu dari Ainun.


                    Matahari  telah condong ke barat. Seperti biasanya,
            menjelang  petang   Ainun mencuci pakaian ke sungai. Hari  ini

            Aini  ingin mencuci  agak ke  hulu sungai. Dengan membawa
            pakaian di  bakul, gadis  itu berjalan  melewati jalan  setapak  Di

            hulu batu-batunya besar, pasti mengasyikkan buat Ainun. Setiba
            di hulu, suasana agak lengang. Keadaan ini membuat bulu kuduk

            Ainun  merinding.  Tiba-tiba  ia  merasakan  seperti ada  yang
            mengawasinya. Ainun menoleh ke kiri dan ke kanan. Tidak ada

            siapa-siapa. Untuk menghilangkan rasa takutnya, sambil mencuci
            ia bernyanyi-nyanyi kecil.




                                         11
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21