Page 17 - Ainun dan Manusia Daun
P. 17

Besok harinya, Ainun kembali mencuci di  sungai. Batu-

            batu besar di hulu tetap menjadi tujuan Ainun. Takut kalau ada
            yang membuntutinya, di jalan setapak, gadis itu sengaja menoleh

            ke kiri dan ke kanan.  Ternyata  aman,  Ainun  pun  lega.  Namun
            ketika  hendak  turun  ke sungai,  di kejahuan  ia  melihat  sesosok

            manusia seperti orang rimba. Badannya berbalut daun. Sosok itu
            duduk  di atas  batu  seberang  sungai.  Antara  percaya  dan  tidak,

            ditaruhnya bakul pakaiannya di  atas rumput, lalu   menggosok-
            gosokkan kedua tangan di matanya. Ditujukan lagi pandangannya

            ke arah semula, dalam beberapa detik saja sosok itu sudah tidak
            ada.  Ainun ketakutan, diambilnya bakul pakaian, kemudian lari

            terbirit-birit menuju ke tempat yang agak ramai.


                    “Mengapa napasmu terengah-engah begitu, Ainun?” tanya
            salah satu ibu.


                    “Oh, tidak apa-apa, Bu. Hanya takut kesorean nanti.” Ainun

            berkilah, ia tidak mau menceritakan yang sebenarnya.


                    Selesai mencuci pakaian, Ainun bergegas pulang. Di jalan
            ia merasa ketakutan,  termasuk takutnya kepada Mak  Singkay

            karena terlambat  pulang.  Tidak salah  lagi,  baru  saja sampai di
            pekarangan rumah, Mak Singkay sudah menunggu.


                    “Maaf, Mak. Aku terlambat karena tadi di sungai keasyikan

            mengobrol dengan  ibu-ibu,” kata Ainun membuat alasan.


                                         12
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22