Page 19 - Ainun dan Manusia Daun
P. 19

“Ya, tidak apa-apa.  Yang penting kamu cepat-cepat

            memasak nasi! Bukankah itu tugasmu!” jawab Mak Singkay sambil
            mendongakkan kepalanya.


                    “Iya, Mak. Aku segera memasak nasi,” jawab Ainun sambil

            menundukkan kepalanya dan berlalu  menuju dapur. Sementara
            Aida melihat dari balik jendela dan tak bisa berbuat apa-apa.


                    Sebenarnya Aida sudah lama tahu perubahan sikap ibunya.

            Ia juga tahu niat jahat ibunya untuk menguasai segala isi rumah Pak
            Liwai.  Melihat  sikap ibunya yang kian hari tak mengenakkannya

            itu, Aida pun mencari waktu yang tepat untuk bicara dari hati ke
            hati dengan ibunya. Gadis itu berharap agar ibunya tidak memaksa

            Ainun mengerjakan semua pekerjaan rumah.

                    “Mak,  saya  dan  Ainun  sudah seperti saudara  kandung.

            Keakraban  kami bukan saja semenjak Mak  menikah dengan

            ayahnya, melainkan dari kanak-kanak,” Kata Aida kepada ibunya.

                    “Ah! Kamu  saja  yang  menganggap  makmu  ini berubah!”

            kilah Mak Singkay dengan angkuh.


                    “Masa Mak tidak sadar kalau sikap Mak itu banyak berubah.
            Sudah tiga tahun lebih kita serumah dengan Ainun. Hanya berapa

            bulan saja Mak memperlihatkan kebaikan kepada Pak Liwai dan
            Ainun!” tukas Aida.





                                         14
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24