Page 22 - Ainun dan Manusia Daun
P. 22

Ainun  terdiam, ia tidak  mau  membantah  perkataan  ibu

            tirinya  itu  walaupun  hatinya  berontak.  Masih dalam  keadaan
            marah, Mak  Singkay menyuruh  Ainun untuk  mengambil cucian

            yang ditinggalkannya di sungai.


                    Tak  sanggup  dimarahi, dengan rasa takut yang masih
            menghinggapinya, Ainun memberanikan  diri  untuk  mengambil
            cucian yang ketinggalan,  padahal  hari  sudah  mulai senja.

            Sesampai di sungai, rasa takut gadis itu berubah menjadi heran

            dan penasaran. Pakaian sudah tercuci semua.

                     “Oh... ada apa gerangan, ya Allah,” tanya hati Ainun

            keheranan.


                    Dilihatnya sekeliling, tidak ada siapa-siapa. Ketakutannya
            makin  menjadi. Sambil  mengambil  bakul  berisi  pakaian yang

            sudah selesai dicuci secara sim salabim entah oleh siapa itu, Ainun
            bergegas pulang.


                    Selesai salat  Isya,  Ainun  menghampiri ayahnya  yang

            sedang duduk  beristirahat  di tikar pandan  yang  terbentang  di
            ruangan depan. Awalnya, Ainun hanya menyampaikan bahwa

            beberapa hari  ke  depan ia berhenti dulu mencuci  di  sungai.
            Namun karena ayahnya ingin tahu alasannya, dengan berat hati

            ia menceritakan kejadian sebenarnya. Gadis itu bercerita tentang
            adanya sosok  manusia berbalut  daun yang  ada di sungai. Pak






                                         17
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27