Page 25 - Ainun dan Manusia Daun
P. 25

lalu takut, dan penasaran lagi. Berkecamuk. Ainun diam terpaku.

            Pelan-pelan leher jenjangnya diangkat ke atas. Semakin ke atas.
            Dalam tatapan yang tinggi, gadis cantik itu mengajak bulan untuk

            bicara.


                    “Oh  bulan.  Malam  ini begitu  banyak  bintang  menemani
            malammu.  Tatkala  tak  satu  pun  bintang  menemani, kau  juga

            merasakan sepi. Namun, kau tetap kuatkan diri.”


                    Ainun makin  menajamkan tatapannya, berharap bulan
            ‘kan  segera  menyahut. Lalu  sekelebat  jawab  memenuhi alam

            pikirnya.


                    “Bulan tak takut dengan kesepian. Bulan tak takut dengan
            kesendirian. Namun aku? Mengapa aku harus takut pada sesuatu

            yang belum kukenal, seperti ketakutanku pada sosok yang duduk
            di batu itu?  Aku  harus meneladani  kekuatan  bulan.  Aku  harus

            berani dan aku harus bisa.”

                    Setelah tiga hari berturut-turut tidak ke sungai, besoknya

            Ainun  memberanikan  diri  untuk  kembali  mencuci di sungai.

            Selesai merampungkan semua pekerjaan rumah ia mencoba
            membujuk  Aida untuk  menemaninya mencuci. Aida tidak mau.
            Gadis itu  hanya  tidur dari hari ke hari. Walau  Aida tak  mau

            menemani, Ainun tidak sedikit pun kecewa. Dengan membawa

            bakul pakaian, ia melangkah pasti menuju hulu. Sepanjang jalan


                                         20
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30