Page 29 - Ainun dan Manusia Daun
P. 29

Sampai di  rumah, hari  sudah  mulai  gelap.  Mak Singkay
             sudah menunggu dengan wajah cemberut di depan pintu. Ainun

             pasrah apa pun kata-kata yang dikeluarkan Mak Singkay untuk
             memarahinya.


                    “Memang  susah memberi pengertian kepadamu,  Ainun.

             Sudah beberapa kali kau pulang terlambat. Kamu tahu? Begini-
             begini  aku  juga  memikirkanmu!”  Mak  Singkay bernada  keras

             sambil bertolak pinggang memarahi Ainun.


                    Ainun  hanya  diam. Setelah tidak  keluar  lagi  kata-kata
             kasar dari Mak  Singkay,  Ainun  pun  berlalu  dan  menaruh bakul

             cuciannya di dapur.


                     “Hmm...  percuma  aku  bercerita kepada  Mak  Singkay.
             Nanti sebelum ayah tidur kuceritakan semua pada beliau,” gumam

             Ainun sambil menyeduh kopi untuk ayahnya.


                    Malam sudah larut, Aida sudah tertidur pulas di kamar.
             Pak Liway dan Mak Singkay masih duduk berdua di ruang tengah.

             Ainun menunggu-nunggu  kesempatan untuk  bisa berdua saja
             dengan ayahnya. Ia bolak-balik  dari  luar ke kamar. Pak Liway

             memperhatikan gerak-gerik  anaknya itu. Sebagai seorang ayah
             yang  membesarkannya,  lelaki  itu  tahu  kalau  anaknya dalam

             gelisah. Pak Liway pun menyuruh Mak Singkay untuk tidur duluan.
             Entah angin baik apa yang berhembus pada perempuan setengah

             baya itu, ia menuruti suruhan suaminya untuk tidur duluan.


                                         24
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34