Page 31 - Ainun dan Manusia Daun
P. 31
Melihat ayahnya tinggal sendirian, Ainun pun mendekati.
Ia menceritakan peristiwa demi peristiwa yang dialaminya di hulu
sungai tadi siang. Pak Liway mengangguk-angguk mendengarkan
gadis kesayangannya itu bercerita.
“Jadi, kamu sekarang sudah tidak merasa takut bertemu
dengan manusia daun itu?” Pak Liway mulai bertanya.
“Mengapa aku harus takut, Ayah? Bukan anak Pak Liway
namanya kalau hari ini aku masih tak sanggup menghadapi orang,
termasuk sosok yang belum dikenali.”
“Wah wah wah... anak Ayah sudah dewasa rupanya. Kalau
Ayah boleh tahu, wajahnya seperti apa kira-kira?”
“Nah, itulah yang membuat aku makin penasaran, Ayah.
Mukanya itu ditutupi daun-daun. Bagaimana aku bisa melihat dia?
Apakah dia punya hidung atau tidak atau dia manusia jadi-jadian?
Aku tak bisa menebaknya.”
“Namun, sosok itu sangat baik, ‘kan?” Pak Liway mulai
menghibur anaknya.
“Bagaimana tidak baik namanya, Ayah. Saat aku terperosok
ke air, dialah yang mengangkatku. Melihat wajahku letih, aku
disuruhnya pulang. Yang sangat mengherankan, cucianku dia yang
mengerjakan,” jawab Ainun polos.
26