Page 47 - Ainun dan Manusia Daun
P. 47

Tiba-tiba Ainun datang sambil membawa beberapa gelas

            kopi panas. Buru-buru  diletakkannya kopi panas  itu di atas
            tikar yang  tergelar.  Melihat  kedatangan  Ainun,  manusia  daun

            membalikkan badannya dan perlahan menutup pintu bilik.  Ainun
            menghampiri Mak Singkay dan Aida yang berdiri di depan pintu

            bilik.


                    “Ada apa, Mak? Mengapa berdiri  di  sini?” tanya Ainun
            tergopoh-gopoh.


                    “Bukan urusanmu!” jawab Mak  Singkay bernada kesal.

            Lalu, ia meninggalkan Ainun  begitu saja.


                    “Bukan urusanku bagaimana, Mak?” Ainun melongo.

                    Mengetahui Ainun tinggal sendiri, manusia daun membuka

            pintu bilik tanpa suara sedikit pun.


                    Ainun melemparkan pandangan ke manusia daun. Namun,

            apa yang terjadi? Tidak dilihat lagi sosok manusia berbalut daun.
            Di depannya kini berdiri seorang pemuda tampan yang pernah
            dikenalnya di tambak. Suaranya sama dengan suara yang didengar

            dari manusia daun. Merasa tidak percaya, Ainun mencubit pipinya

            kuat-kuat  dan  menggosok kedua  matanya  dengan    punggung
            tangannya. Di bibirnya yang bagaikan delima merekah itu
            tersungging senyum manis. Lalu, terdiam lama.




                                         42
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52