Page 48 - Ainun dan Manusia Daun
P. 48

Tak  ada kata-kata.  Pemuda itu  diam seribu bahasa.  Ia

            menatap Ainun dengan hati.  Dari keduanya muncul wajah berseri-
            seri serta mata yang berbinar.


                    “Ohh! Saya serasa bermimpi,” ucap  Ainun sambil

            meletakkan ujung-ujung  jari  kedua tangannya di  bagian  dahi
            kiri dan kanan. ”Mengapa Kak Tama bisa menjadi manusia daun

            selama ini? Bagiku sosok itu menakutkan!”


                    “Ceritanya panjang,  Ainun. Panjaaang  ... panjaang,” ucap
            Tama sambil merentangkan kedua tangannya. Ainun tertawa kecil

            karena rentangan tangan kiri Tama menyentuh sudut mata kanan
            Ainun. Mereka pun tertawa kecil.


                    Samar-samar  tawa  kecil Ainun  itu  terdengar oleh Pak

            Liway yang sedang berjalan menuju pintu belakang masuk rumah.
            Lelaki itu penasaran dan langsung menuju pembatas bilik untuk

            mengintip. Ternyata Ainun sedang duduk dengan seorang pemuda
            tampan. Pak Liway tidak menceritakan apa yang dilihatnya kepada

            istrinya. Lelaki itu bahagia.


                    Sementara  Mak  Singkay yang  berbaring  di dipan kayu
            menggerutu  saja  sambil  berucap  tak  jelas  ujung  pangkalnya
            sehingga tidak tahu apa yang telah terjadi di luar bilik. Di benaknya,

            Ainun tidak boleh mengalahkan Aida.





                                         43
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53