Page 52 - Ainun dan Manusia Daun
P. 52
“Ini anak kami, namanya Aida. Ia lebih tua dari Ainun. Kami
berniat, kalau ada laki-laki yang mau mencari jodoh, Aidalah yang
akan mendapatkan dulu,” ucap Mak Singkay sambil memegang
bahu Aida.
Aida terdiam. Mukanya merah padam menahan malu.
Pak Liway tidak dapat berkata apa-apa melihat tingkah istrinya
selain menggeleng-gelengkan kepala. Sementara Ainun hanya
tersenyum, begitu pun dengan Tama. Mereka saling berpandangan
menahan geli.
“Bukan itu maksud saya, Bu. Bukan, bukan Aida.”
Kemudian pemuda tampan itu melihat pada Ainun.
“Malam ini aku ingin meminangmu, Ainun.”
Ainun terdiam. Tidak ada jawaban. Sementara Mak
Singkay membelalakkan kedua bola matanya.
“Bagaimana Pak Liway, apa Bapak merestui?”
“Semua terserah Ainun. Kalau Ainun mau, saya pasti
merestui,” kata Pak Liway bijaksana. Lalu, ia meminta Ainun agar
memberi jawaban. “Bagaimana Ainun? Kamu menerima?”
Ainun masih menunduk. Kemudian, dengan malu-malu
terdengar suara pelannya.
47