Page 51 - Cerita Air Mata Cilubintang
P. 51

Hingga pada akhirnya sampailah mereka di

            Gunung Kaliy. Dari kejauhan mereka melihat si

            bungsu Cilubintang sedang menangis tersedu-

            sedu. Kerinduannya kepada orang tua dan kedua

            kakaknya menyebabkan Cilubintang yang periang

            berubah menjadi anak yang suka menyendiri.

                 “Apakah ia adik kita, Kak? Ia tumbuh menjadi

            seorang perempuan yang sangat cantik. Ayo,

            Kak, kita hampiri dia,” ajak Lele Waiy sambil

            menarik tangan kakaknya.

                 Suasana  haru  mulai  terasa  di kala  itu.

            “Berhentilah  menangis.” Mulut  pun  terasa

            kaku, kakak beradik itu diam tanpa kata. Hanya

            air mata yang dapat menceritakan semuanya.

            Tatapan itu penuh rindu. Kasih sayang antara

            kakak dan adik yang tak pernah hilang dimakan

            waktu.

                 “Kakak, Kakak ke mana saja? Kakak dari

            mana? Apakah kalian tak sayang kepadaku lagi?”





                                          43
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56