Page 22 - Isi dan Sampul Air Mata Hutan Kami
P. 22

sebuah katrol. Seember air yang berwarna kecoklatan
            telah  berada  di hadapannya.  Minda  pun  berwudu

            dengan khusuk.

                    Setelah  salat  zuhur,  Minda  mencari  nenek  ke

            kamar depan. Rumah papan mereka memiliki dua buah
            kamar.  Nenek  tidur  di  kamar  depan  dan  Minda  tidur

            di  kamar  belakang,  persis  di  sebelah  kamar  nenek.
            Ternyata nenek masih duduk di atas sajadahnya. Minda

            datang  mendekat  dan  ikut  duduk  di  samping nenek.

            Nenek  mengucap  amin  dan  mengusap  pipinya  yang
            penuh dengan garis-garis penanda umurnya sudah cu-

            kup tua.

                    “Nek, nanti  magrib  Minda  salat  ke  musala  ya,
            Nek. Minda tadi janji dengan Syarifah, Inas, dan Hanum.

            Setelah itu, kami tadarus sambil menunggu waktu salat

            isya. Boleh, Nek?” tanya Minda dengan hati-hati. Minda
            takut nenek tidak memberinya izin.

                    “Ya,  boleh.  Akan  tetapi,  engkau  dan  teman-
            teman jangan main di luar musala ya,” pesan nenek.

                    “Iya, Nek. Kami tidak akan main di luar musala,”

            ucap Minda berjanji.
                    “Kalau  begitu,  engkau  tidurlah  sekejap. Nanti

            pada waktu asar nenek bangunkan,” ucap nenek pada

            Minda.
            12
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27