Page 23 - Isi dan Sampul Air Mata Hutan Kami
P. 23

“Baiklah, Nek,” ujar Minda lalu segera berdiri dan

            masuk ke dalam rumah. Minda selalu menurut apa pun
            yang dikatakan neneknya. Ia tidak pernah membantah.

            Di  rumah  ini,  Minda  hanya  hidup  berdua  dengan

            neneknya.  Minda  masuk  ke  kamar  dan  merebahkan

            tubuhnya.  Matanya  menatap  langit-langit  kamar.
            Beberapa  titik  cahaya  masuk  melalui  lubang-lubang

            kecil  di  atap rumahnya.  Barangkali  itu  adalah  lubang

            bekas paku.

                    Minda  mencoba  memejamkan  matanya,  tetapi
            tidak  bisa  tertidur.  Ia  memiringkan  badannya  ke kiri.

            Pikirannya  jauh  mengembara.  Ia  teringat  akan  ibu-

            nya yang sedang berada di negeri seberang, Malaysia.

            Ibunya bekerja di sana sebagai penjaga balita di sebuah
            keluarga  kaya  raya.  Sejak  Minda  masih  berusia  dua

            tahun,  sejak  ayahnya  pergi  meninggalkan  mereka,

            ibunya  pun  pergi  mencari  rezeki  ke  negeri  orang.

            Tinggallah Minda berdua dengan neneknya yang sudah
            tua.

                    Menurut nenek, ibunya pergi merantau jauh ke

            negeri  Jiran  karena  kebun  karet  milik  mereka  sudah

            berganti  dengan  kebun  kelapa  sawit.  Sejak  beberapa



                                                                       13
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28