Page 17 - Aji Batara Agung dengan Putri Karang Meulenu
P. 17

PUTRI KARANG MELENU





                   Di  lain  negeri  seluruh  penduduk  Kampung  Melanti

            hidup rukun meskipun mereka serba kekurangan. Meskipun
            miskin,  di kampung  itu  tidak  pernah ada kejadian atau
            keributan sekecil apa pun. Seluruh penduduk hidup damai
            dan saling  tolong di  antara mereka. Petinggi Kampung

            Melanti  itu biasa dijuluki Petinggi Hulu Dusun.

                   Tepat hari ketujuh Petinggi Hulu Dusun dan istrinya,
            Babu Jaruma, merasakan sekujur tubuhnya semakin lemas

            karena perut mereka tidak terisi makanan. Dalam kelunglaian
            itulah Petinggi Hulu Dusun dan istrinya berusaha mencari
            sisa-sisa makanan yang mungkin masih bisa dimanfaatkan
            untuk penyambung hidup mereka.


                   Petinggi  dan  Babu  Jaruma  senang  bukan  kepalang
            seolah mendapatkan durian runtuh. Mereka seperti layaknya
            anak  kecil bersorak-sorak  karena sang Dewata  masih

            mau  menolongnya  memberi bahan  makanan.  Akan  tetapi,
            kegembiraan itu tidak lama karena saat bahan makanan
            itu akan dimasak, sepotong kayu pun tak mereka temukan
            untuk memasak. Ketika Petinggi mendongakkan kepalanya

            ke atas, terlihat olehnya kayu-kayu kaso atap rumahnya.

                   ”Apa boleh buat, suamiku. Bahan makanan telah kita
            dapatkan. Sekarang kayu juga sudah kita temukan, tapi ingat,



                                         11
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22