Page 48 - Sulut-Ansuang Bakeng
P. 48

“Ampun, Tuanku. Tiap kali masakan hamba matang,

            Nona Watairo telah mencicipinya. Mungkin saat ini Nona

            tertidur karena kekenyangan,” potong Panggelawang.

                 “Watairo!” teriak Ansuang Bakeng tidak sabaran.


                 “Oi!”

                 “Nah, itu. Itu suara Watairo,” kata Ansuang Boki.

            “Aku  sangat  mengenal  suaranya.  Kebiasaannya  kalau

            sudah kenyang, ia tidak akan beranjak lagi dari tempat


            tidurnya.  Kalau  masih  siang,  dapatlah  kau  bujuk  dia

            turun untuk mencari inai pemerah kuku—ia sangat

            menyukainya—tetapi sekarang sudah gelap. Ia tidak

            akan turun makan.”


                 “Watairo, kau sudah makan, Nak?”

                 “Oi!”

                 “Kau masih kenyang?”

                 “Oi!”


                 “Sepanjang hari aku tidak melihatmu. Kau tidak

            ingin turun menemui kami barang sejenak?”

                                          39
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53