Page 29 - Cerita Kaka Beradik Tange dan Berei
P. 29

Keesokan  siangnya,  Tange  terbangun  karena
            sorot sinar matahari yang menerpa wajahnya. Dia pun

            terperanjat dan hampir saja terjatuh dari atas pohon.

                 Setelah terbangun, Tange baru sadar bahwa pohon
            tempat dia tidur tumbuh di tengah padang rumput yang
            luas. Padang rumput itu begitu hijau karena terdapat

            mata  air  yang  jernih.  Mata  air  itu  airnya  begitu

            melimpah. Baru kali pertama Tange melihat ada padang
            rumput seluas dan sehijau itu. Dia juga terkagum-kagum
            melihat mata air yang begitu jernih.

                 Tange  pun  bergegas  mandi  dan  membersihkan

            diri  di  mata  air  itu.  Airnya  sungguh  menyegarkan.
            Belum pernah Tange merasakan air sesegar itu selama

            hidupnya.

                 Di  tepi mata  air,  Tange  memandangi  bayangan
            dirinya  lewat  pantulan  permukaan  air.  Tiba-tiba

            perutnya  berbunyi.   Tange  merasa  lapar.  Dia  baru
            ingat bahwa semalaman belum makan. Dia teringat lagi

            peristiwa  yang  membuatnya  harus  berpisah  dengan
            Berei,  adiknya.  Dalam  hati  dia  sudah  memaafkan

            Berei.  Dia  menyesal  atas  apa  yang  telah  dia perbuat
            semalam.  Tange  benar-benar  tak  percaya  kini  dia

            telah  meninggalkan  adiknya  dan  hidup  sendirian.  Dia




                                         23
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34