Page 30 - Cerita Kaka Beradik Tange dan Berei
P. 30

mengakui  bahwa  Berei  tidak  sepenuhya  salah,  hanya
            dia  saja  yang  sudah  terbakar  api  kemarahan.  Marah

            karena emosi sesaat tidak akan menyelesaikan masalah.
            Biasanya ketika menyelesaikan masalah dengan amarah

            maka penyesalan akan muncul sesudahnya.
                 Tiba-tiba  muncul  keinginan  Tange  untuk  kembali

            menemui adiknya. Namun, karena terdorong rasa malu,

            dia  mengurungkan  niat  tersebut.  Lagipula  dia  sudah
            berjanji pada adiknya untuk hidup sendiri-sendiri. Tentu
            bukan sifat lelaki jika harus menjilat ludahnya sendiri.

                 Tange  pun  mencari  akal  untuk  mengisi  perutnya

            yang  lapar.  Matanya  mencari  ke sekeliling.  Tiba-tiba
            matanya  tertumbuk  pada  deretan  pohon  jagung  yang

            tumbuh  liar  di  padang  rumput  itu.  Tange  pun  segera
            memetik  dan  membakarnya.  Tanpa  membutuhkan

            waktu banyak, habis sudah lima batang jagung tanpa
            bersisa. Rupanya Tange benar-benar kelaparan.

                 Setelah perutnya kenyang, Tange pun mulai jernih

            berpikir. Dia memutuskan untuk menetap di bukit ini.
            Tempatnya  yang  nyaman  membuat  Tange  tertarik.

            Setelah diamati lebih jauh, ternyata bukit ini ditumbuhi
            pula  banyak  pepohonan.  Ada  pisang, mangga,  dan

            kenari.  Karena  letaknya  di  atas  bukit,  hewan-hewan




                                         24
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35