Page 36 - Cerita Kaka Beradik Tange dan Berei
P. 36
“Namaku Maeka. Ini Bapakku. Kami sudah berjalan
berhari-hari untuk mencari makanan di dalam hutan,
tetapi tak satu pun yang bisa kami makan. Bapakku
jatuh sakit dan aku memapahnya sampai kami melihat
kebunmu dan mata air ini. Namun, malang bapakku tak
bisa bertahan,” perempuan itu menceritakan dengan
menangis sesenggukan.
“Di mana ibumu?”
“Ibuku sudah meninggal saat aku masih kecil.”
Tange pun terenyuh mendengar kisah gadis itu.
Dia pun bergegas meminta gadis itu beristirahat di
gubugnya. Tange pun membuatkan makanan untuk
gadis itu.
Maeka benar-benar kelaparan. Dia makan makanan
yang sudah disediakan Tange dengan lahap sekali.
Setelah Maeka memperoleh tenaganya kembali, mereka
berdua pun menguburkan jenazah ayah Maeka.
“Apa yang membuatmu sampai di sini?” tanya
Tange memulai pembicaraan.
“Kampung kami dilanda penyakit kulit yang
aneh. Semula hanya satu orang yang sakit, kemudian
meninggal. Setelah itu, satu per satu penduduk
kampung meninggal karena penyakit yang sama. Dukun
30