Page 38 - Cerita Kaka Beradik Tange dan Berei
P. 38

Di tengah hutan kami tak menemukan satu pun sesuatu
            yang  bisa  dimakan.  Kami  juga  tak  menemukan  air.

            Begitulah sampai bapakku jatuh sakit,” gadis itu kembali
            terisak meratapi nasibnya.

                 Tange  begitu  iba  melihatnya.  Dia  pun  berusaha
            menghibur  gadis  itu.  “Apa  kau  kini  ingin  aku  antar

            pulang kembali ke kampungmu?” tanya Tange.

                 “Kini aku hidup sebatang kara. Aku tak punya sanak
            keluarga.  Aku  tak  bisa  kembali  ke  sukuku  lagi  karena

            kampung kami begitu jauh,” ratap Maeka.

                 “Kalau  begitu,  jika  kamu  berkenan,  hiduplah
            bersamaku.  Jadilah  istriku.  Kita  bisa  bersama-sama

            merawat  kebun  ini  dan  hidup  bahagia.  Hidupku  juga
            begitu sendiri. Aku tak punya siapa-siapa. Dengan hidup

            berdua  kita  bisa  menghilangkan  kesepian  satu  sama
            lain,”  Tange  pun  meminta  Maeka  untuk  mau  menjadi

            istrinya.

                 “Mengapa kau begitu baik. Kita baru saja bertemu,
            tetapi  kau  sudah  begitu  percaya  padaku.  Kau  mau

            menolongku dan menguburkan ayahku. Apakah kau tak
            takut jika aku sebenarnya orang jahat?” tanya Maeka.









                                         32
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43