Page 13 - Cerita Seri Genteng
P. 13
Terlihat seorang ibu cantik berambut panjang hitam
legam yang selalu digelung sepanjang hari. Ia berkulit sawo
matang dengan urat-urat muncul kentara di antara tulang
jari dan tangannya, tanda dirinya seorang pekerja keras.
Badannya cenderung kurus, namun tampak kokoh dan tegar.
Wajahnya lembut dengan mata yang bening, sering kali
mengalir cairan yang juga bening di kedua sudutnya.
Pada suatu pagi yang cerah, dikemasnya beberapa
bekal ke dalam buntalan kainnya. Sebuah parang tidak lupa
dililitkan pada pinggang rampingnya.
“Nak, ibu mau ke hutan sebentar mencari ubi. Jagalah
rumah, jangan bepergian hingga ibu kembali,” kata sang
ibu kepada Enten.
“Baik, Ibu.” Enten menjawabnya sambil mengantarkan
sang ibu turun melewati tangga hingga hilang bayang
punggungnya di balik pepohonan. Tiada lagi ia menoleh.
Terpatri dalam ingatan Enten, sebuah tangkin digendong
2
sang ibu yang disanggah sebuah selendang lusuh yang
melintang di dadanya dan kerap dijadikan penyapu keringat.
Enten sangat mengasihi ibunya. Hanya ibunya tumpuan
2