Page 15 - Cerita Seri Genteng
P. 15

segala harap, sepanjang doa-doa yang kerap ia ulang setiap
            malam.

                 Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah, ia

            bersandar pada dinding dapur pondoknya. Tampaknya Enten

            ingin meneruskan kesenangan barunya, menganyam.
                 Mengayam dipelajarinya dari sang ibu. Ia mencoba

            akrab dengan rotan-rotan yang sudah dipotong kecil dan

            dihaluskan. Walau ia masih sering salah merapikan ujung

            anyaman, ia tak menyerah. Diulanginya berkali-kali sampai
            benar atau ia minta dirapikan oleh sang ibu.

                 Biasanya, Enten menganyam sambil menyanyi, tetapi

            terkadang ia juga sambil menangis karena terkenang ayahnya

            yang sudah tidak pulang sejak 9 purnama lalu. Tersiar kabar
            sang ayah hanyut dan tenggelam di sungai saat menjala.

            Sering saat malam cerah, Enten naik ke atap pondok lalu ia

            memandang bintang yang bertebaran di angkasa. Ia percaya

            satu di antara yang berkilauan itu adalah sang ayah yang
            ingin mengajaknya berkata-kata dari surga.

                 Enten menjerang air guna merebus serai. “Baik untuk

            badan,” begitulah kata sang ibu yang selalu diingatnya. Ia







                                          4
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20