Page 17 - Cerita Seri Genteng
P. 17

Tergopoh Enten membuka pintu dan mengernyitkan
            mata untuk menyesuaikan dengan yang hampir gelap di luar

            rumah. Dibopongnya tangkin yang penuh itu.

                 “Ibu, Ibu … Ibu segera mandi. Enten sudah merebus air

            serai untuk Ibu,” teriak anak kecil yang manis dan rajin itu.
                 “Iya, Nak. Ibu sedang memberi makan ternak kita.

            Setelah ini, Ibu akan mandi lalu kita makan bersama. Sedang

            apa engkau, Nak?” Tanya sang ibu kepada putri terkasihnya.

                 “Sedang menganyam, Bu. Enten ingin punya tangkin
            yang sesuai dengan besar badan Enten. Enten mau ikut

            membawa ubi pulang di punggung,” ujar Enten bersemangat.

                 “Hati-hati tanganmu terluka, Nak.”

                 “Sedikit luka tadi, Bu, tetapi tidak mengapa, sudah
            Enten obati dengan daun sirih.”

                 Sang ibu meneteskan air mata. Ia tak habis bersyukur

            karena memiliki putri yang sangat baik, mau membantunya

            dan patuh jika diberi petuah. Sejak ayahnya tak kembali,
            Enten banyak mengurangi waktu bermain. Ia tak mau hanya

            berpangku tangan, ia ingin ikut ke bukit untuk mencari

            makanan atau hanya menjadi teman seperjalanan sang

            ibu yang tampak bergembira. Selain itu, ia juga senang




                                          6
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22