Page 22 - Cerita Seri Genteng
P. 22

Setelah itu, percakapan Enten dan ibunya tidak
            dilanjutkan lagi. Mereka kembali sibuk dengan pikirannya

            masing-masing. Enten meletakkan kepalanya di pangkuan

            sang ibu. Sambil memejamkan mata, sang ibu mengelus

            rambut putrinya yang legam itu. Tak lama Enten tertidur,
            digendongnya dengan penuh kasih, dibaringkannya di atas

            kain yang diikat melintang pada tiang, lalu dikecupnya ubun-

            ubun sang putri semata wayangnya itu. Ia pun meluruskan

            badannya tak jauh di bawah emben sang anak. Kepalanya
                                                 3
            diletakkan pada tumpuk kain milik suaminya. Sang ibu

            bersenandung hingga suaranya makin lirih dan terlelap.

                                         ***
                 Enten bangun keesokan harinya. Pagi begitu cerah.

            Burung-burung bernyanyi saat ia menuruni tangga. Enten

            mendekati sumur dekat pohon jambu kesayangannya di

            samping pondok, menimba air dan memerciki wajahnya.

            Betapa segar! Pandangannya berkeliling, tidak ia lihat sosok
            sang ibu. “Ah, mungkin Ibu sedang mencari kayu bakar atau

            mencari pakis di hutan.” Begitu pikirnya.

                 Diambilnya sebatang alu, kayu panjang penumbuk
            lesung. Kemudian, dilihatnya seikat daun ubi di dalam ragak ,
                                                                        4




                                          11
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27