Page 23 - Cerita Seri Genteng
P. 23

dipetiknya dari tangkai lalu dikumpulkannya dalam lubang
            lesung. Enten mulai menumbuk. Ia sering melihat sang ibu

            melakukannya. Tangan kecilnya tidak kuat berlama-lama

            menumbuk. Ia meletakkan alu kayu yang digunakannya

            untuk menumbuk beberapa saat lalu meraih sarapan yang
            sudah disediakan ibunya dekat perapian. Dua buah ubi jalar

            berwarna ungu enak sekali jika disandingkan dengan gula

            aren. Sambil duduk di tangga, ia menghabiskan sarapannya

            hingga tiba seekor kucing mengeong di kakinya.
                 “Oh, engkau lapar?”

                 Enten menjulurkan sepotong ubi ke arah kucing berwarna

            cokelat keemasan itu. Dielusnya punggung si kucing ramah

            dan diusapnya pula kepalanya. Ternyata sepotong ubi
            yang diberikan Enten habis dilahap tiada sisa. Sebentar

            termenung, Enten melanjutkan niat yang tadi ditinggalkannya,

            ingin menumbuk daun ubi lagi. Si kucing mengikutinya dari

            belakang. Selama Enten menghaluskan daun di dalam lesung
            itu, si kucing tak beranjak dari tempat duduknya.

                 Setelah menyisihkan daun ubi yang telah halus dan

            membersihkan lesung dan alunya, ia membereskan dapur.

            Ia melihat ada beberapa piring dan gelas kotor. Tak lama




                                          12
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28