Page 52 - Cerita Seri Genteng
P. 52
berisi benih padi itu. Enten lupa bertanya kepada keluarga
Senarai, berapa lama ia harus menunggu tanaman itu tumbuh
hingga tiba saatnya panen? Ia membayangkan tanaman itu
cepat sekali tumbuh agar bisa disantap dalam bentuk nasi.
Mendengar lirih lagu anaknya, sang ibu sedih sekali.
“Ikatlah dulu perutmu, Enten. Tahan rasa laparmu
sementara waktu,” ujar sang ibu dari kolong pondok. Ia
mulai mencari apa pun yang bisa dimakan.
Di atas pondok, perlahan Enten mengikuti perintah
ibunya. Diikat kencang-kencang perutnya dengan kain
panjang milik ibunya, berharap rasa laparnya mereda. Enten
kembali memeluk periuk dan duduk dekat tungku. Enten
terus bernyanyi.
“Cepatlah tumbuh wahai padi. Enten, Seri Genteng ingin
menyantapmu….”
Sang ibu pun terus menjawab nyanyian anaknya.
“Tanaman padi, anakku kelaparan. Segeralah bertunas
agar kami bisa segera makan….”
Hari ketujuh ada yang muncul dari dalam tanah.
Sang ibu hanya kuat berkeliling terseok-seok dan gembira
setengah mati ketika melihat tunas yang membelah lubang.
41