Page 54 - Cerita Seri Genteng
P. 54
“Ibu, Ibu, Enten tertelan babi sebab aku kena tulah
nasi. Pukullah perutnya! Enten akan keluar saat babi mual
dan muntah.”
Sang ibu terperanjat sambil menangis ia memukul pelan-
pelan perut ternaknya itu. Wajah sang ibu tampak pucat dan
badannya sempoyongan.
“Lebih kuat, Bu. Belum terasa hingga ke dalam
perutnya,” suara Enten terdengar kembali.
Sang ibu memukul lebih kuat. Entah pada pukulan ke
berapa, si babi memuntahkan semua isi perutnya. Sang ibu
mencari Enten, tetapi tak ada.
“Enten, Seri Genteng, anakku, di manakah engkau?”
“Ibu, Ibu, tubuhku sekarang teramat kecil. Ibu harus
melihatku saat siang.”
Mendengar suara Enten, sang ibu pun tersedu-sedu. Ia
menunggu hingga fajar menyingsing. Setelah itu, sang ibu
mencari anaknya di kolong rumah dan di sekitar kandang
ternak mereka. Dilihatnya ada tubuh yang menggeliat di
dekat genangan air dengan bagian tengah tubuh yang lebih
kecil serta dikelilingi warna merah dan hitam. Sang ibu
menangis kencang saat mengenal warna kain itu yang tak
43