Page 20 - Kalsel-Musdalipah-Asal Mula Kotabaru-Sigit-Fiks
P. 20

benar-benar  memerlukan,  itu  pun  hanya  seperlunya.
            Bahkan, sebelum menebangnya, mereka terlebih dahulu
            mencari anak atau bibit baru dari pohon tersebut. Bibit
            tersebut ditanam dan dipelihara. Ketika telah tumbuh

            tinggi seukuran tinggi kepala laki-laki dewasa, barulah
            pohon besar dan kokoh tadi mereka tebang.
                 Hal ini dimaksudkan agar ketika cucu-cucu mereka
            kelak  dewasa  dan  memerlukan  pohon  yang  sama

            untuk membangun rumah atau jembatan, pohon yang
            ditanam tadi sudah dapat ditebang. Artinya, generasi
            mendatang akan menikmati pohon hasil tanaman kakek
            dan  moyangnya,  sebagaimana  halnya  pohon  yang

            mereka tebang saat ini merupakan hasil tanaman dari
            kakek dan moyang mereka berpuluh tahun lalu.
                 Kebiasaan ini telah diturunkan sejak zaman nenek
            moyang  mereka  dahulu  kala.  Mereka  meyakini  bahwa

            dengan  memelihara  kebiasaan  ini  hutan  tidak  akan
            pernah  habis.  Tanah  dan  gunung  tidak  akan  pernah
            tergerus serta longsor. Air tidak akan pernah membanjiri
            negeri,  sebab  air  hujan  akan  diserap  dan  ditampung

            oleh akar-akar pohon nan besar dan kuat. Udara akan
            tetap menjadi sejuk dan segar meski matahari bersinar
            dengan  teriknya,  sebab  daun-daun  hijau  dan  rimbun
            mampu  memayungi  negeri  nan  teduh.  Keteduhan

            menjadi bukti keharmonisan antara alam dan manusia
            sebagai pemimpin di muka bumi ini.



                                          11
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25