Page 11 - Cerita Aji Batara Agung
P. 11

hatinya. Terutama malam, ketika bangun dari tidurnya.
            Juga ketika dirinya sedang beristirahat bekerja di ladang.
            Pikirannya lari dalam pertanyaan, “Tuhan, apakah aku
            tidak Kauberi anak selama hidupku?” Tidak jarang ketika

            pertanyaan itu muncul, air matanya menitik.
                 Malam itu tidak seperti malam-malam biasanya. Tiba-
            tiba Petinggi Jaitan Layar dikejutkan oleh datangnya suara
            gemuruh di luar rumah. Ia dan istrinya terbangun. Dilihatnya

            keadaan di luar rumah. Alam dan langit tampak terang.
            Akan tetapi, suara gemuruh tetap terdengar menakutkan.
            Istrinya lebih takut. Tubuhnya gemetar. Ditariknya tangan
            suaminya dan diajaknya masuk ke rumah. Keduanya cepat-

            cepat mengunci pintu rumahnya.
                 Dengan hati penasaran, Petinggi Jaitan Layar menunggu
            apa yang akan terjadi. Telinganya dipasang baik-baik. Dari
            arah luar rumah terdengar suara yang aneh. Suara itu keras

            dan menakutkan. “Sambut mati babu, tiada sambut mati
            mama.” Suara itu terdengar berulang tiga kali. Petinggi
            bingung mendengarnya. Ia tidak tahu maksudnya.
                 Setelah terdiam sejenak dan saling pandang dengan

            istrinya. Petinggi menyaut suara itu dari dalam rumah.
            Suaranya tidak keras. Akan tetapi, terdengar dari luar
            rumahnya. Ia berkata dengan terbata-bata, putus-putus
            ucapannya terdengar, “Ulur mati lumus, tiada ulur mati

            lumus.”





                                          2
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16