Page 16 - Cerita Aji Batara Agung
P. 16

Pesannya singkat dan pendek. Tidak sulit seperti yang diduga
            oleh Petinggi Jaitan Layar dan istrinya. Suara itu berucap,
            “Petinggi Jaitan Layar, dan kau istrinya, kelak jika anak
            ini akan pergi mandi ke sungai atau tepian, jangan lupa

            adakan upacara erau atau adakan pesta. Lakukan upacara
            injak tanah seperti yang lazim dilakukan oleh penduduk di
            kampung ini! Hanya itu pesan saya. Jangan sampai lupa.
            Kalian berdua akan mengantarkan anak ini menuju dewasa.

            Doaku, semoga kalian berdua dalam kesehatan dan panjang
            umur.”
                 Setelah terdengar jelas, suara gaib itu menghilang
            lenyap  tiada  terdengar  kembali.  Mereka  masih  duduk

            tertunduk di tempat itu. Istri Petinggi Jaitan Layar tiada
            berhenti memandangi wajah sang bayi. Setelah beberapa
            lama dalam gendongan istri Petinggi Jaitan Layar, si bayi
            menangis. Biasanya bayi akan menangis ketika dirinya haus.

            Betapa sedihnya hati istri Petinggi Jaitan Layar. Ia sadar,
            dirinya tidak dapat menyusuinya. Hatinya iba melihat si bayi
            menangis. Bahkan, tangisnya semakin keras. Ia berkata
            kepada suaminya, “Kanda, aku sangat bersedih. Bayi ini

            meminta air susu. Tidak mungkin keluar air susu dari wanita
            tua seperti saya ini. Bagaimana ini? Kasihan, dia menangis
            terus.”
                 Seteleh mendengar ucapan istrinya yang kelihatan

            gelisah, Petinggi Jaitan Layar berdiam dan memanjatkan doa.
            Ditaburkannya beras kuning di halaman rumah. Keajaiban



                                          7
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21