Page 24 - Cerita Aji Batara Agung
P. 24

Sejak percakapan itu, kehidupan suami-istri itu berjalan
            seperti sedia kala. Pagi berladang, sore pulang ke rumah.
            Malam bercengkerama sebentar sebelum tidur. Namun,
            seperti sudah menjadi kehendak Tuhan, suatu hari terjadi

            keajaiban. Bumi tiba-tiba menjadi gelap gulita. Gelap dengan
            awan hitam. Sungguh menakutkan. Orang-orang kampung
            mengira langit akan runtuh. Angin kencang dan guntur tiada
            henti-hentinya. Dunia seolah akan binasa. Semua orang

            ketakutan.
                 Tujuh hari tujuh malam semua penduduk ketakutan.
            Bumi seolah hendak terbelah. Penduduk tidak berani keluar
            rumah. Mereka hanya berdoa memohon perlindungan kepada

            Tuhan. Mereka berharap keadaan segera tenang kembali.
            Banyak penduduk yang terpaksa menanggung lapar. Bahan
            makanan sudah habis. Begitu pula dengan Petinggi Hulu
            Dusun. Persediaan makan keluarga Petinggi Hulu Dusun

            juga habis. Tinggal sedikit beras. Itu pun tercampur debu.
            Karena terdorong rasa lapar, Babu Jaruma pergi ke dapur.
            Maksud hati hendak menanak nasi. Akan tetapi, tiada
            kayu bakar sepotong pun. Ia memanggil suaminya untuk

            mencari kayu bakar. Tanpa berpikir panjang Petinggi Hulu
            Dusun mengambil parangnya. Lalu, dipotonglah kayu kasau
            rumahnya, dibelah, dan dijadikan kayu bakar.
                 Dalam satu belahan kayu kasau itu, terdapat seekor ular

            kecil. Petinggi Dusun diam sejenak. Dilihatnya anak ular itu.





                                          15
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29