Page 27 - Cerita Aji Batara Agung
P. 27

pun menjadi jinak dan tubuhnya bercahaya. Semua yang
            melihat tiada takut sedikit pun. Ia seolah ingin menyapa
            semua orang yang dilihatnya.
                 Ular itu semakin besar. Tempat sirih tidak mampu

            menampung tubuhnya. Petinggi Hulu Dusun merasa iba.
            Khawatir si ular tiada merasa nyaman dalam istirahatnya.
            Maka, dibuatnya tempat yang agak besar. Yang mampu
            menampung tubuh si ular yang semakin besar. Namun,

            dalam hitungan hari dan bulan, tubuh si ular itu menjadi
            besar. Wadah yang diperuntukkan baginya pun sudah
            penuh. Bahkan, si ular tampak gelisah. Tubuhnya tiada
            dapat tertampung dalam wadahnya. Mulai saat itu, Petinggi

            Hulu Dusun bermaksud membuat kandang bagi ularnya.
            Maka, dibuatkanlah kandang yang sangat besar. Hampir
            separuh luas rumah yang ditempati bersama istrinya.
            Dalam perbincangan dengan istrinya, Petinggi mengatakan,

            “Istriku, ular kita semakin besar. Wadah itu tiada cukup bagi
            tubuhnya yang semakin membesar. Bagaimana sebaiknya?
            Bolehkah aku buatkan kandang yang agak luas agar si ular
            dapat istirahat dengan nyaman?”

                 Babu Jaruma mengangguk mendengar ucapan suaminya.
            “Baiklah, saya juga berpikir seperti itu. Kita buatkan kandang
            yang luas. Kapan dimulai, Kanda? Sebaiknya, segera saja.
            Kasihan jika terlalu lama dia tinggal di wadah yang sempit

            ini.”





                                          18
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32