Page 29 - Cerita Aji Batara Agung
P. 29

Babu Jaruma sangat memahami perasaan suaminya.
            Dengan suara tenang ia berkata, “Kanda, saya pun merasa
            takut. Bagaimana nantinya? Mungkin rumah ini akan roboh.
            Tubuh si naga membesar dengan sangat amat cepatnya. Aku

            serahkan Kanda untuk mengambil langkah. Aku menurut
            saja.” Wanita itu merasa kasihan ketika dilihatnya si naga.
            Begitu pula sorot mata si naga raksasa itu tampak sedih.
            Petinggi Hulu Dusun pun terdiam kelu. Takut dan kasihan

            kepada naga raksasa yang dipelihara dengan kasih sayang
            sejak dulu.
                 Pada malam harinya, Petinggi Hulu Dusun berniat tidur
            di dekat si naga raksasa itu. Ia berkata kepada istrinya.

            “Begini saja. Naga ini pastilah naga ajaib. Bukan ular
            sembarangan. Naga ini tiada akan berbuat buruk. Aku ingin
            tidur di sampingnya nanti malam. Mudah-mudahan aku
            mendapatkan bisikan untuk mengatasi masalah ini.”

                 Dengan  cepat  Babu  Jaruma  menyambut  ucapan
            suaminya. “Aku sepaham, Kanda. Aku yakin naga itu sangat
            baik. Nanti malam kita berdua berdoa di sampingnya. Silakan
            Kanda mandi dahulu. Aku siapkan makan petang nanti. Aku

            juga akan memberi makan si naga. Dia tampak sudah lapar.”
                 Waktu terus berjalan. Matahari, sang surya, telah
            perlahan hendak masuk ke peraduannya. Malam mulai
            merambat. Lampu minyak telah dinyalakan dan dipasang

            di dinding dekat si naga raksasa. Sejak mulai malam Petinggi
            Hulu Dusun dan Babu Jaruma sudah duduk di samping si



                                          20
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34