Page 33 - Cerita Aji Batara Agung
P. 33

perlahan dan menjulur menuju arah tangga. Kepalanya
            sudah berada di anak tangga pertama. Tubuhnya terus
            bergerak menuruni tangga ulin itu. Akan tetapi, memang
            suratan takdir. Keanehan terjadi. Ketika seperlima panjang

            tubuhnya berada di atas tangga, tiba-tiba tangga patah.
            Runtuh. Hancur berantakan. Semua orang yang melihatnya
            tertegun. Heran. Petinggi Hulu Dusun juga bingung. Babu
            Jaruma hanya diam termanggu. Dipandangnya si naga. Ada

            rasa kasihan yang menggelayut di hatinya. “Kasihan naga
            ini. Maafkan, aku tidak bisa menyiapkan tangga yang baik
            untukmu,” katanya.
                 Si naga hanya terkedip diam. Segera kepalanya ditarik ke

            atas. Ia kembali melingkarkan tubuhnya di kandang. Setelah
            diam sejenak, Petinggi Hulu Dusun berkata kepada semua
            orang yang ada di rumahnya. “Kalian telah bekerja dengan
            baik. Tangga ulin sudah kita buat. Akan tetapi, hancur. Tiada

            mampu menopang tubuh anakku, naga ini. Sekarang, aku
            izinkan kalian pulang. Lain waktu aku beri kabar kembali.
            Datanglah sewaktu-waktu aku mintai bantuan. Aku akan
            memohon petunjuk Yang Maha Pengasih dalam beberapa

            hari ke depan. Semoga mendapatkan petunjuk nantinya.”
                 Seperti biasanya, Petinggi Hulu Dusun dan istrinya tidur
            bersama si naga. Sebelum tidur, doa pun dilantunkan. Dalam
            tidurnya Petinggi Hulu Dusun seolah merasa bermimpi.

            Ia mendengar suara yang sangat tenang. “Petinggi,





                                          24
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38