Page 36 - Cerita Aji Batara Agung
P. 36

belakangnya. Wanita itu tidak sabar lagi. Ia ingin melihat
            apa yang akan terjadi. Petinggi Hulu Dusun pun memiliki
            pikiran yang sama.
                 Setiba di tepi Mahakam, si naga menceburkan dirinya ke

            sungai. Ia berenang kian kemari, ke hilir dan ke hulu. Babu
            Jaruma dan Petinggi Hulu Dusun termangu di tepi sungai.
            Kemudian, naik sampan ke tengah sungai. Aneh memang.
            Kala itu alam seakan berduka. Langit tiba-tiba gelap gulita.

            Hujan turun dengan dahsyatnya. Angin bertiup kencang tidak
            tentu arahnya. Semua orang panik karena keadaan yang
            mencekam dan menakutkan. Air Mahakam berdebur kencang.
            Petinggi dan istrinya bergegas mengayuh sampan ke tepi.

            Dengan susah payah, keduanya bisa mencapai tepi sungai.
                 Keanehan terjadi lagi. Tiba-tiba Sungai Mahakam
            dipenuhi dengan buih. Air tidak tampak lagi. Petinggi Hulu
            Dusun dan istrinya segera naik ke atas perahu. Dikayuhnya

            dengan sepenuh tenaganya. Ia bergegas menuju anak
            Sungai Mahakam. Sungai Sudiwo namanya. Ketika sedang
            mengayuh perahunya, Petinggi Hulu Dusun dan istrinya
            mendengar tangis seorang bayi. Suara tangis itu semakin

            jelas terdengar. Sungguh memilukan suara itu. Petinggi Hulu
            Dusun mempercepat perahunya menuju ke arah munculnya
            suara tangis bayi itu. Dalam hatinya, berdebar, “Kejadian
            apa lagi ini? Ada suara tangis bayi yang baru lahir. Sedang

            seisi sungai hanya ada buih bergumpal-gumpal.” Istrinya
            hanya terdiam. Keduanya melihat ke kiri dan ke kanan.



                                          27
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41