Page 47 - Cerita Aji Batara Agung
P. 47

Dengan cepat keduanya, sadar. Ketika itu, Putri Karang
            Melenu diam tanda kurang berkenan.
                 Pelayan menyadari telah berbuat salah. Keduanya telah
            mengambil limau tanpa meminta izin dulu. “Maafkan, saya

            berdua. Saya bersedia dihukum atau membayar limau yang
            saya petik ini.” Keduanya duduk terpaku. Wajahnya menuju
            tanah. Kasihan tampaknya. Segeralah Putri Karang Melenu
            berkata, “Ketahuilah, jeruk itu tidak ternilai harganya.

            Kembalikan jeruk itu kepadaku. Ingat pesanku, jangan
            kauceritakan kejadian ini kepada siapa pun juga. Jika kalian
            melanggar, aku akan marah kepada kalian. Sudah segara
            kalian pergi dari tempat ini.”

                 Kedua pelayan segera pergi. Jeruk telah dikembalikan
            kepada  pemiliknya.  Sepanjang  jalan  mereka  teringat
            kecantikan putri yang baru mereka lihat. Sampailah keduanya
            di tempat Aji duduk. Keduanya berkata, “Tuan, di Kampung

            Melanti ada putri yang sangat cantiknya. Ayam jago Paduka
            masuk ke dalam rumahnya, yakni rumah Petinggi Dusun.
            Ayam itu tidak mau keluar karena telah akrab dengan ayam
            milik putri yang ada di rumah itu. Tuan harus mengambilnya.”

                 Aji tidak mau berpikir lama. Ia segera pergi menemui
            Petinggi Dusun. Dengan ramah Aji bertanya kepada pemilik
            rumah itu, Babu Jaruma namanya. “Bolehkah aku tahu? Tadi
            aku mendengar ayam berkokok. Aku paham benar. Itu suara

            ayam jagoku. Maka, aku mohon kembalikan ayam jagoku!”





                                          38
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52