Page 49 - Cerita Aji Batara Agung
P. 49

Babu Jaruma menyahut, “Bukan, Tuan. Itu suara ayam
            jago anakku.” Sambil memandang ke sekeliling tempatnya
            berdiri, Aji melihat tempat sirih yang elok.
                  “Babu Jaruma, tempat sirih siapakah ini? Tampaknya

            bukan milik orang sembarangan,” tanya Aji.
                 Babu  Jaruma  hanya  diam.  Kemudian,  ia  berkata,
            “Silakan cari ke tempat lain, Tuan. Ayam jago Tuan tidak
            ada di sini.”

                 Aji tidak menyerah. Ia masuk ke dalam rumah. Putri
            Karang Melenu berdebar hatinya. Ia selalu menghindarnya.
            Aji pun semakin ingin bertemu dengan putri yang diceritakan
            oleh pelayannya. Ke mana pun putri lari, selalu dikejar oleh

            Aji. Lama mereka berkejaran. Lama-lama Putri Karang
            Melenu kelelahan sehingga dapatlah tangannya dipegang
            oleh Aji. Sudah kehendak Yang Mahakuasa, mereka memang
            harus bertemu dan berjodoh.

                 Lama keduanya terdiam. Berkatalah Aji Batara Agung
            Dewa Sakti, “Putri, kaulah jodoh hidupku. Sudah lama aku
            mencarimu. Gunung telah aku daki. Lembah dan ngarai sudah
            kukunjungi. Tuhan mempertemukan aku denganmu di sini.

            Di rumah Petinggi Hulu Dusun. Aku ingin menikahimu. Kita
            hidup damai di negeri ayahandaku.”
                 Putri Karang Melenu masih terdiam, lama ia tidak
            berkata apa-apa. Akan tetapi, dalam hati dirinya sungguh

            mengagumi pemuda yang ada di sampingnya itu. Setelah
            agak lama, putri itu pun menjawab, “Baiklah, jika ucapanmu



                                          40
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54