Page 17 - Sumsel-Antu Banyu
P. 17

Biasanya kalau seperti ini, mereka bertiga akan saling
            tunggu. Erul pun duduk di batu sungai yang paling besar.
            Dibenamkannya kakinya ke air sungai. Dilihatnya ada
            beberapa ikan kecil berebutan untuk memakan beberapa

            butir nasi sisa makan tadi yang lengket di celananya dan
            jatuh di sungai. Senyum-senyum sendiri Erul melihatnya. Dari
            jauh dilihatnya Ujang dan Mamat sedang mendayung perahu
            menyusuri pinggiran sungai menuju ke arah Erul duduk.

                 “Oiii...,” teriak Erul.
                 Dibalas teriakan itu oleh Mamat, “Oiiii ....”
                 Disapanya  kedua  sahabatnya  itu  dengan  hangat.
            Belum Erul bertanya, Mamat sudah menjelaskan perihal

            keterlambatannya. Mereka terlambat karena ketika mau
            beranjak pergi, nenek Mamat memanggil untuk minta tolong
            dibelikan sabun colek di warung rakit yang tidak jauh dari
            rumah Mamat yang berada di pinggir sungai. Setelah itu

            baru mereka pergi menemui Erul.
                 “Bagaimana rencana kita hari ini?” tanya Erul.
                 “Sesuai rencana, Rul, tetapi perahu akan dipakai sore
            nanti,” jawab Mamat.

                 Erul pun mengangguk tanda setuju dan mengerti atas
            perkataan Mamat. Setelah itu ia melompat ke atas perahu
            dari atas batu besar tadi.
                 Erul mengambil posisi di depan kemudi. Di tengah ada

            Mamat dan di belakang ada Ujang yang memegang dayung.
            Di atas perahu tersebut hanya ada dua dayung dan satunya



                                          6
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22