Page 30 - Sumsel-Antu Banyu
P. 30

Tidak lama kemudian Bibi Lena kembali, “Permisi ...
            permisi. Masih saja di sini. Jangan malas! Pergilah mandi!
            Bau kalian minta ampun,” kata Bibi Lena.
                 Erul memperhatikan Bibi Lena yang berlalu tergesa-

            gesa. Sempat dilihatnya kedua tangan Bibi Lena memegang
            panggangan kue untuk membuat kue lapan jam, kue khas
            Dusun Lematang. Terbayang oleh Erul begitu sulitnya
            membuat kue tersebut. Mungkin itulah sebabnya namanya

            lapan jam mungkin karena waktu yang diperlukan untuk
            membuatnya kurang lebih 8 (lapan) jam.
                 Dengan susah payah Bibi Lena melewati Erul, Mamat,
            dan Ujang yang sama sekali tidak beranjak dari tempat

            mereka. Satu demi satu ia lewati mereka. Bibirnya cemberut.
            Sesekali tangannya memegang sandaran anak tangga.
            Akhirnya, ia berlalu.
                 Beberapa  saat  setelah  itu  Mamat  beranjak  dari

            tempatnya. Sambil berdiri Mamat berkata, “Ayolah kita
            mandi! Bosan aku. Sepertinya tidak ramai lagi orang mandi
            di sungai. Jadi, kita bisa leluasa untuk bermain.”
                 Mamat kesal melihat kedua temannya yang tidak ada

            reaksi sama sekali terhadap ajakannya. Diulangnya kembali
            ajakan tersebut.
                 Tanpa suara dan dengan gerakan enggan akhirnya
            mereka bertiga beranjak pergi meninggalkan rumah Erul

            menuju sungai. Sepanjang  jalan mereka masing-masing
            bercerita tentang keadaan kelas mereka. Mereka bertiga



                                          19
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35