Page 32 - Sumsel-Antu Banyu
P. 32

Biasanya Ujang sudah mengincar buah yang akan dipetiknya
            dan mengetahui waktu terbaik untuk memetik.
                 Setelah berjalan agak masuk ke dalam hutan, Ujang pun
            akhirnya berhenti.

                 “Mana ...?” ujar Mamat.
                 Ujang tidak membalas pertanyaan Mamat. Ia hanya
            menunjukkan jarinya ke atas. Isyarat itu menandakan bahwa
            buah yang diincarnya ada di atas pohon dekat mereka.

                 Erul  langsung melihat ke atas. Lama ia melihat ke atas,
            tetapi tidak ditemukannya sebiji pun buah mangga yang
            ranum dan siap untuk dipetik.
                 Ujang  memanjat  pohon  itu  dengan  lincahnya.

            Sesampainya di dahan yang paling atas, ia menyibakkan
            daun-daun yang agak rimbun di sana. Lalu, tampaklah dua
            buah mangga yang sudah ranum dan siap untuk dipetik dan
            dimakan.

                 Namun, sulit baginya menggapai buah itu. Ia berpegang
            pada batang yang kokoh, baru kemudian ia bisa menggapai
            buah itu. Setelah menggapai dan memetik satu buah, buah
            itu dilemparkannya ke bawah.

                 Di bawah Mamat sudah bersiap untuk menyambut
            mangga itu. Tidak lama kemudian terdengar suara Ujang.
                 “Sambut...!” ujar Ujang.
                 “Oke ...,” balas Mamat.

                 Buah mendarat tepat di kedua tangan Mamat. Mamat
            pun tersenyum girang menyambutnya. Tanpa aba-aba



                                          21
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37