Page 38 - Sumsel-Antu Banyu
P. 38

Pernah anak dan istrinya datang ke Dusun Lematang
            untuk mencari Wak Hitam. Mereka berpikir Wak Hitam
            sudah menetap di dusun ini. Namun, ketika mereka sampai
            di pondok Wak Hitam, pondok itu dalam keadaan kosong dan

            Wak Hitam menghilang entah berapa lama. Akhirnya, ibu dan
            anak itu pulang ke dusun mereka. Tidak pernah terdengar
            lagi kabar berita mereka, bahkan ketika diberitahu tentang
            kedatangan anak dan istrinya, Wak Hitam hanya diam seribu

            basa.
                 Suatu hari semua penduduk cemas akan hilangnya
            seorang anak kecil yang sedang bermain di pinggir sungai.
            Pada saat itu air pasang. Rasanya tidak mungkin ada buaya

            di pinggir sungai. Jadi, tidak mungkin anak itu dimakan oleh
            buaya.
                 Setelah mencari  ke sana kemari, semua orang berkumpul
            di pinggir sungai. Mereka pasrah dengan takdir yang terjadi

            terhadap anak itu. Mereka berkumpul di dekat pondok Wak
            Hitam. Namun, sepanjang kejadian tidak pernah sosok Wak
            Hitam keluar menampakkan diri. Akhirnya, mereka bubar.
                 Ibu si anak yang hilang menangis sejadi-jadinya dan

            menjerit memanggil-manggil nama anaknya. Orang-orang
            hanya terdiam.
                 Ketika kumpulan penduduk itu pulang ke rumah masing-
            masing, tiba-tiba kepala Wak Hitam menyembul dari jendela

            rumahnya  dan  berkata,  “Tunggulah!  Sebelum  malam
            menjelang ia akan pulang.”



                                          27
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43