Page 41 - Sumsel-Antu Banyu
P. 41

Mamat pun langsung menoleh ke belakang. Dilihatnya
            sosok  Wak  Hitam  tepat  di  belakangnya  dengan  mata
            memerah dan tangan di pinggang.
                 Saat itu juga Mamat langsung menceburkan diri ke

            sungai. Dilihatnya kantong tadi belum begitu jauh dan
            tersangkut di antara bebatuan besar di pinggir sungai.
            Secepat kilat ia berenang. Diraihnya kantong itu, kemudian
            ia menepi kembali ke tempat semula.

                 Sesampainya ia di tempat semula, tidak ditemukannya
            lagi  sosok  Wak  Hitam  di  sana.  Ia  pun  menjadi  takut.
            Dibereskannya semua baju-baju yang belum sempat dicuci.
            Bergegas ia kembali ke rumah. Ibunya pun terheran-heran

            dengan sikapnya. Ia langsung mengunci pintu di kamar.
            Sepanjang itu pula ia terbayang terus sosok Wak Hitam
            dengan mata merah dan tangan di pinggang.
                 Ia berpikir, “Ada apa dengan Wak Hitam?”

                 Rasanya  ia  tidak  pernah  melakukan  kesalahan
            kepadanya. Ia tidak pernah berlaku dengan tidak sopan
            juga di hadapannya.
                 Tidak lama kemudian baru muncul dalam benaknya

            jawaban atas pertanyaannya tadi. Mungkin Wak Hitam
            menyangka ia sengaja mengotori sungai dengan membuang
            sampah plastik  ke sungai dan Wak Hitam melarangnya.
                 Sejak itu Mamat sangat berhati-hati jika mencuci di

            sungai. Sebelum mencuci, diperiksanya terlebih dahulu
            barang-barangnya. Ia takut hal tersebut terulang kembali.



                                          30
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46