Page 47 - Sumsel-Antu Banyu
P. 47

itu? Ia tidak tahu. Mungkin karena hari sudah gelap, ia
            tidak dapat melihatnya. Akhirnya, Erul pun pasrah dengan
            kekuatan dirinya. Tubuhnya lemas tak berdaya. Kepalanya
            pusing dan perutnya terasa mual.

                 Sayup-sayup ia mendengar suara kedua temannya,
            Ujang dan Mamat. Ia ingin berteriak menjawab panggilan
            mereka, tetapi tidak ada kekuatan dari dalam tubuhnya
            untuk melakukan itu.

                 Selanjutnya, ia mendengar suara Emak, Bapak, Wak
            Dollah, Wak Wahid, dan orang-orang sekampungnya. Dari
            jauh Erul melihat emaknya menangis di pinggir sungai dan
            dikelilingi sanak saudara. Di sisi kanan emaknya ia melihat

            bapaknya dengan wajah suram duduk berdampingan dengan
            Wak Hitam. Wak Hitam dukun terkenal di kampung mereka.
            Mulutnya komat-kamit seperti membacakan sesuatu.
                 Di sisi lain, Erul tidak merasakan sakit sama sekali. Ia

            hanya mengikuti pusaran yang membawa tubuhnya. Namun,
            yang ia takutkan, mengapa Emak, Bapak, dan orang-orang
            tidak melihat dan mendengarnya, padahal ia merasa berada
            sangat dekat?

                 Lama-lama Erul panik dengan keadaannya. Ia sangat
            menyesal tidak melaksanakan nasihat emaknya kemarin.
            Emak memintanya untuk tidak lama-lama di sungai, tidak
            terlalu sore mandi di sungai, dan tidak berenang sampai ke

            tengah.





                                          36
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52