Page 48 - Sumsel-Antu Banyu
P. 48
Namun, semua sudah terjadi. Ia menangis sejadi-jadinya
dan sekuat-kuatnya. Ingin saat itu juga ia memeluk Emaknya
dan meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan. Kemudian,
sekuat tenaga ia memanggil emaknya.
“Emak ...!” teriaknya.
Tidak lama kemudian Erul merasakan pusaran air
yang membawanya semakin berputar kencang Dan semakin
kencang.
Tiba-tiba, ada kekuatan secepat kilat yang mendorong
tubuhnya ke atas ke arah permukaan air sungai. Kemudian,
ia merasakan tubuhnya terapung-apung.
Lalu, ia mendengar emaknya berteriak, “Itu Erul ... itu
anakku ...! Cepat …! Cepat ...!”
Tiba-tiba, ramai terdengar suara orang.
Erul merasakan ada rasa hangat yang menetes di
mukanya. Ada sepasang tangan yang mengusap pipinya.
Dibukanya mata perlahan-lahan dan ia langsung melihat
wajah Emak dengan mata merah dan air mata yang
membasahi pipinya.
“Bawa! Cepat bawa ...! Hari sudah malam ... naikkan
ke rumah!” teriak orang-orang.
Tubuh Erul dibaringkan di tengah rumah dan di
sekelilingnya sesak, penuh dengan orang, sampai-sampai
Erul tidak mengenal mereka.
Tidak lama kemudian dibukanya kembali matanya. Ia
melihat Emaknya kembali.
37