Page 52 - Sumsel-Antu Banyu
P. 52

tidak berhenti sama sekali dari tadi pagi. Sesekali dia hanya
            mengambil kopi hitam yang sudah disediakan Emak untuknya.
                 Erul  sudah  merasa  bosan  dengan  keadaan  ini.  Ia
            sangat rindu dengan sekolah, teman-temannya, dan dua

            sobat karibnya: Mamat dan Ujang. Kemudian, ia melihat
            beberapa ibu tetangga mulai berdatangan. Ada yang
            membawa ayam. Ada yang membawa kantong hitam yang
            tidak diketahui isinya. Beberapa orang membawa pisau dapur

            yang dibungkus kertas dan diselipkan di pinggang.
                 Erul heran. Biasanya keadaan seperti ini terjadi apabila
            akan ada pernikahan, sunatan, atau cukuran bayi yang baru
            lahir. Ia lebih heran lagi ketika ia ingat tidak ada satu pun

            anggota keluarganya yang akan mengadakan acara tersebut.
                 Tiba-tiba Erul teringat Emak. “Emak pasti tahu. Ada
            apa ini ...?” pikir Erul.
                 Erul pun beranjak dari jendela rumah panggungnya

            tersebut.
                 Di sudut rumah panggung, Erul melihat ada Bik
            Lena  sedang  melipat  tisu  untuk  membungkus  sendok.
            Ada beberapa anak gadis sedang mengelap piring. Tidak

            ditemukannya sosok Emak tercinta di sana. Dilanjutkannya
            dengan mencari di bagian belakang rumah. Emak pun tidak
            ditemukan.
                 Erul masuk ke kamar Emak. Disibakkannya tirai merah

            yang menjadi pintu kamar Emak. Dengan berlahan Erul masuk
            ke dalamnya. Dicarinya di setiap sudut kamar. Yang ia dapati



                                          41
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57