Page 55 - Sumsel-Antu Banyu
P. 55

Hari ini semakin siang semakin banyak orang yang
            datang silih berganti ke rumah Erul. Bapak pun memasang
            tenda dibantu oleh beberapa tetangga dan sanak kerabat.
            Tenda tersebut bisa tergolong tenda darurat, hanya terbuat

            dari terpal berwarna biru dan dikaitkan dengan tali pada
            dinding rumah. Sebagai pembatas, orang-orang mengambil
            daun kelapa yang disusun untuk menghalangi pemandangan.
            Hal tersebut sering dilakukan orang dusun kalau mereka

            mengadakan acara.
                 Erul  hanya  menonton  kesibukan  itu  dan  sesekali
            mengintip orang-orang dari atas rumah. Dari jauh dilihatnya
            asap besar mengepul ke langit, yang berasal dari wajan yang

            memasak lauk-pauk. Harum semerbak tumisan bumbu yang
            diadu dengan minyak kelapa sebagai bahan dasar lauk.
            Mungkin harumnya sampai ke mana-mana. Sesekali seorang
            ibu mengaduk lauk tersebut, terlihat sebentar-sebentar

            ia menyeka keringat di keningnya. Memang hari itu panas
            menyengat. Namun, mereka harus cepat bekerja agar semua
            pekerjaan tersebut selesai tepat waktunya.
                 Di sebelah timur tampak Wak Najib sedang mengisi

            kukusan besar dengan air, sepertinya untuk mengukus nasi.
            Wak Najib terlihat agak kewalahan untuk mengisi kukusan
            tersebut karena ukuran badannya yang kecil. Kemudian
            terdengar teriakannya memanggil salah seorang tetangga

            untuk membantunya. Mereka akhirnya dapat mengisi
            kukusan tersebut dan meletakkannya di atas tungku. Wak



                                          44
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60