Page 56 - Sumsel-Antu Banyu
P. 56

Najib pun menambahkan kayu bakar ke apinya agar api cepat
            besar. Tanpa terasa hari menjelang sore.
                 Malam ini tak sedikit pun matanya terpejam. Sepanjang
            malam Erul pun hanya berkhayal tentang yang akan terjadi

            besok hari. Sesekali ia pergi ke kamar kecil dan harus
            melewati beberapa sanak keluarga yang tidur tergeletak
            bersusun di ruang tengah rumahnya.
                 Ia hanya sendirian di ruangan kamarnya yang tidak

            terlalu  besar.  Ia  berkhayal  dan  mengira-ngira  acara
            tersebut. Dipandanginya baju yang akan dipakainya untuk
            besok, satu setel baju teluk belango khas dusunnya. Baju
            itu berwarna merah, atas-bawah sama warnanya. Baju itu

            dilengkapi dengan topi tanjak yang terbuat dari kain songket
            yang dibentuk segi tiga dan menjulang ke atas. Terbayang
            olehnya seperti tempo hari suasananya, seperti ia khitanan
            dulu.

                 Dilaluinya malam dengan resah. Tiba-tiba, ia terbangun
            ketika hari menjelang siang. Didapatinya, Emak duduk di
            ujung ranjang sambil memandanginya.
                 “Malam selepas Isya ... kau duduk saja di samping Emak.

            Sepanjang hari ini beristirahatlah. Kau tampaknya kurang
            tidur,” ujar Emak.
                 Erul heran, dari mana Emak tahu kalau ia tidak tidur
            semalaman? Ia merasa tidak ada yang mengetahui tentang

            itu.





                                          45
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61