Page 46 - Sumbar-Karang Melenguh-smp
P. 46
mendapati tumpukan jala atau pukat bekas yang dapat
digunakannya untuk berlindung dari rasa dingin akibat
tiupan angin dari tengah laut. Bagaikan didatangkan
mukjizat oleh Sang Maha Pengasih, anak itu pun tertidur
hingga pagi. Timbunan jala laksana selimut sutra yang
menghangatkan tubuhnya. Kilat yang menyambar
sambung-menyambung seakan menjadi pelita penerang
baginya. Petir, guruh, dan deburan ombak pun berubah
menjadi nyanyian alam pesisir yang semakin melenakan
tidur si yatim piatu.
Ketika matahari mulai muncul sebagai pertanda
pagi telah datang, dengan riangnya Bujang Katinggian
menggembalakan kembali sapi-sapinya ke tempat
ia kemarin meninggalkan seekor di antara binatang
ternaknya itu. Ia ingin mengambil kembali sapi yang
ia tinggalkan tersebut. Bujang Katinggian berdendang
dengan gembira sambil sesekali menyunggingkan
senyum kepada orang yang berpapasan dengannya.
Orang-orang heran memandangi kelakuan Bujang
karena tidak biasanya ia bertingkah demikian. Biasanya
ia memandang tak acuh kepada orang lain dan tidak
sebaris pun senyum tersungging darinya.
38