Page 45 - Asal Mula Ake To Lahi
P. 45

Masyarakat  terbangun  dari  tidur  dan  berlari
            keluar menyaksikan hujan yang turun di waktu subuh

            tersebut.  Raja  Sadik  lalu  turun  ke  lokasi  warga
            berkumpul  seraya  mengucapkan  rasa  terima  kasih

            kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengabulkan
            doa-doa mereka.

                 Hari demi hari telah berlalu. Bambu yang
            ditancapkan Raja Sadik bertumbuh dan disela-sela

            batu  dekat  akar  bambu  tersebut  mengeluarkan  air
            yang tidak henti-hentinya.

                 Setelah  kemarau  yang  berkepanjangan  usai,
            Raja  Sadik  memberikan  bantuan  kepada  rakyatnya

            berupa bibit tanaman dan hewan ternak sehingga
            kehidupan desa tersebut berjalan seperti dahulu kala.

            Masyarakat kembali bertani dan beternak.
                 Masyarakat setempat menyebutkan air tersebut

            dengan sebutan Ake Lahi (Air Permintaan). Meskipun
            musim  kemarau,  air  tersebut  tidak  pernah  kering.

            Masyarakat  di  Buku  Bandera  memanfaatkan  air
            tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.











                                          33
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50