Page 11 - Keajaiban Sumur Tujuh
P. 11

"Nanti, Paman ceritakan."
                 Aria  menyentuhkan  tangan  kanannya  dengan  sangat  hati-hati  ke
             pinggir  sumur.  Tangannya  basah  dan  terasa  dingin  menjalar  di
             tubuhnya.  Ia  merasakan  kesegaran  dalam  tubuhnya.  Aria  kemudian
             membungkukkan  tubuhnya  dan  berusaha  menatap  kedalaman  sumur
             tersebut.
                "Sudah tua, ya!"
                "Heeh,"  kata  paman  Sudin  sambil  jari  telunjuknya  ditempelkan  ke
            bibirya.
                "Ayo, kita lihat sumur yang lainnya," ajak Mimi.
                Satu per satu mereka melihat sumur. Dalam penglihatan anak-anak
            ketujuh sumur itu airnya sama-sama bening. Ukurannya bertahap. Yang
            pertama besar, terus agak besar, sampai akhirnya kecil. Setelah melihat
            ketujuh sumur itu, mereka melanjutkan perjalanan.
                Walaupun  lelah,  keempat  orang  itu  merasakan  kesegaran  dan
            sejuknya  udara  pegunungan.  Burung-burung  berkicauan.  Angin  pun
            lembut meniup perlahan-lahan.
                "Horeee  ...!"  teriak  Meis,  "Akhirnya  kita  sampai,"  sambungnya
            sambil menengadahkan kedua belah tangannya. Gadis itu pun kemudian
            duduk di sebuah batu besar melepaskan pandangan ke lembah gunung.
            Di sisi lain, Paman Sudin, Aria, dan Mimi mencari tempat yang nyaman
            untuk membuka bekal.
                "Ayo, kita buka bekal," kata pamannya.
                "Meis, sini. Kita makan," panggil Mimi pada sepupunya.









                                               5
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16